Langsung ke konten utama

Pengalaman Nonton 4DX di Blitz Megaplex


Pengalaman ini sebenernya udah lama sih, baru mau Gw share sekarang hihihi

Langsung aja Gw ceritain ya :D
Waktu itu Gw tiba di Blitz Grand Indonesia, pada pukul 17:20, dan mengingat film dijadwalkan mulai pukul 17:30, Gw pun memutuskan untuk singgah di toilet terlebih dahulu. Sekeluarnya dari toilet, Gw dikejutkan dengan antrian masuk studio yang cukup panjang. Mungkin saja di dalam studio sedang ada diskonan Crocs (wait, sudah gak musim ya?), pikir Gw. Waktu menunjukkan pukul 17:30 lebih beberapa menit ketika Gw tiba di pintu masuk, sementara pacar terus mengingatkan supaya cepat masuk studio karena takut terlewat filmnya.

Sebenarnya, kami berencana menonton film The Hobbit ini pada hari sebelumnya, namun ketika pacar tiba satu jam sebelum film dimulai, ternyata tiket di posisi yang nyaman telah habis, sehingga kami memutuskan untuk menonton film ini besoknya. Melihat tiket yang cepat terjual walaupun dijual dengan harga yang tinggi (sepadan dengan tiga kali nonton film reguler) dan antrian yang panjang sebelum memasuki studio, tentu membuat ekspektasi Gw terhadap Absolute Cinema Experience 4DX ini sangatlah tinggi.

Setelah mengambil kacamata 3D (ya, film The Hobbit yang kami saksikan tersebut adalah versi 3D) kami pun menempati tempat duduk yang telah disediakan, pada baris C. Lampu masih menerangi seluruh ruangan, sementara layar di depan kami memutar iklan dari berbagai produk. Setelah kurang lebih sepuluh menit (iya, iklannya banyak dan lama), lampu dan layar dipadamkan, kemudian muncul seorang crew Blitz ke tengah panggung.

Gw sempat takut, bahwa Gw salah masuk ke suatu tempat pemujaan sekte, namun setelah sang crew menjelaskan tentang teknologi 4DX yang dapat membuat penonton seolah-olah berada di dalam film, Gw akhirnya yakin kalau Gw sesaat lagi akan menonton film The Hobbit in 4DX3D. “Enjoy the movie.” Tutup sang MC dadakan tersebut, pada pukul 17:45.

Secara singkat, ada beberapa hal yang ditawarkan 4DX ini, yaitu:

    Motion, kursi bioskop akan bergerak ke kanan, kiri, atas, bawah, mengikuti gerakan kamera/tokoh dalam film.
    Light, efek cahaya yang mirip dengan kilat/lampu flash akan dipancarkan apabila ada scene yang sesuai.
    Scent, bermacam aroma akan ditebarkan ke seluruh ruangan, menyesuaikan bau-bauan dalam film.
    Wind, Efek angin yang muncul, baik dari langit-langit, maupun dari bawah kursi, sesuai dengan adegan film.
    Water, air yang akan disemprotkan apabila ada adegan yang menampilkan cipratan air.

Sementara dari segi kenyamanan, studio ini memiliki kenyamanan yang lebih baik dari studio reguler. Bahkan saking nyamannya, Gw sempat ketiduran beberapa menit pada kursi yang empuk, ketika menonton film tersebut. Bukan, bukan karena filmnya buruk, hanya karena Gw kecapekan setelah berolahraga di siang harinya.


Kembali ke film The Hobbit yang ditayangkan pada studio 4DX3D ini, Gw sangat kagum pada kesesuaian studio ini menyesuaikan adegan-adegan yang terjadi pada film. Misalkan ketika Bilbo tersesat di dalam hutan peri, kursi bergerak sesuai motion mengikuti arah kamera pada film, kemudian ketika dia memanjat pohon musim gugur, satu studio dipenuhi dengan aroma dedaunan khas musim gugur. Gw juga bersyukur bahwa fitur scent tidak ikut serta mengeluarkan bau dari keringat para Orc yang tak pernah mandi. Untuk fitur wind, angin bertiup cukup pas sesuai adegan dalam film tersebut, tidak terlalu kuat juga tidak terlalu sepoi-sepoi. Sementara untuk water, akan disemprotkan beberapa kali misalkan pada adegan Orc mengejar Bilbo dan kawan-kawan yang kabur dari hutan peri dengan menggunakan tong melewati sungai-sungai. Pacar sempat berkata bahwa semprotan airnya kurang kuat –apabila dibandingkan wahana Shrek di Universal Studio– sementara Gw berargumen bahwa memang semprotan sengaja dibuat tidak kuat supaya pengunjung tidak basah kuyup. Untuk fitur light, sepertinya tidak begitu ditampakkan pada film ini, karena tercatat hanya beberapa kali lampu kilat menerangi seluruh ruangan, sensasinya mirip ketika Gw sedang diambil pas foto untuk keperluan pembuatan visa.

Salah seorang kawan yang menonton film tersebut pada jam tayang sebelum Gw, mengatakan bahwa dia eneg setelah menonton film di 4DX, namun Gw tak merasakan efek tersebut ketika menonton filmnya. Lain ladang lain belalang.

Filmnya sendiri mengisahkan tentang petualangan Bilbo bersama Gandalf dan para kurcaci untuk merebut harta kerajaan yang dijaga oleh Smaug sang naga. sayang ketika Smaug menyemburkan api, efek panasnya tidak dapat dirasakan oleh penonton di studio. Ketika menonton, Gw sempat merasakan bahwa AC di studio 4DX tidak dingin, namun Gw berpikir bahwa mungkin, suhu studio pun disesuaikan dengan film, sehingga hanya akan dingin ketika malam hari, maupun saat angin berhembus. Namun kebenarannya.

Film yang memakan durasi hampir tiga jam ini sempat terganggu pada pukul 20:00 ketika adegan film mendadak berhenti dan berjalan tersendat-sendat layaknya DVD bajakan yang dibeli di Glodok. Untungnya hal tersebut hanya berlangsung sekitar lima menit, dan tidak mengakibatkan terjadinya amuk massa. Gw sempat berharap sang MC dadakan tadi muncul lagi, dan meminta maaf kepada seluruh penonton atas kejadian yang terjadi. Namun hingga film berakhir setengah jam kemudian, tidak ada permintaan maaf resmi dari pihak Blitz Megaplex.

Nah, berminat menonton 4DX di Blitz Megaplex?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Bioskop yang Anti Mainstream

Bosan nonton bioskop hanya di 21 Cineplex melulu? Yah saat ini mayoritas pecinta film memang selalu berkunjung ke teater tersebut kalau ingin nonton film. Tapi nggak ada salahnya kan kalo mencoba hal baru. Itung-itung mencari suasana baru untuk nge-date bareng gebetan, hehe.. Bioskop Mini. Yup memang mini teater ini sudah beberapa tahun lalu eksis. Tapi entah kenapa peminatnya masih kalah dengan teater yang lebih besar. Mungkin kurang promosi kali yaa. Padahal banyak juga pengunjung yang merasa puas setelah nonton di bioskop mini. Tentu karena privasi disini lebih terjaga dibanding bioskop umum. Nah, berikut kami review Bioskop Mini yang tersebar di Jakarta dan Depok:  Subtitle   Berawal dari tempat rental DVD di Menteng, Subtitle berkembang menjadi pionir bioskop mini di Jakarta. Dengan koleksi lebih dari 4000 DVD kamu dapat memilih menonton banyak genre film mulai dari film box office seperi Inception hingga film festival. kamu pun bisa n

Perbedaan Cinemaxx dan Cinema 21

Kali ini  gue mau  share tentang perbedaan antara Cinemaxx dan Cinema 21/XXI. Yang pertama Cinemaxx, Bioskop paling junior ini boleh dibilang tidak main-main. Sebab Cinemaxx merupakan bagian dari Lippo Group. Jadi jangan salah, bioskop yang baru didirikan pada tahun 2014 ini sudah memiliki bioskop yang tersebar hingga di daerah-daerah. Cinemaxx sudah tersebar di kota seperti Ponorogo, hingga ke Baubau, dan Kupang. Kuncinya tentu  saja, dimana ada jaringan Lippo Grup, maka jaringan bioskopnya bukan lagi dari Grup  Cineplex 21 atau CGV, tapi menggunakan brand yang mereka miliki, yaitu Cinemaxx. Di Jakarta sendiri  untuk sementara Cinemaxx hanya tersedia di Plaza Semanggi dan fX Sudirman. Kebetulan gue pernah nonton di fX Sudirman. Jadi ada beberapa studi di Ciemaxx, yaitu Cinemaxx 2D and 3D, Cinemaxx Gold, Cinemaxx Ultra XD dan Cinemaxx  Junior. Kebetulan gue pernah nonton di Reguler 2D. Dan kesan sehabis nonton di Cinemaxx adalah biasa aja. Kenyamanannya mirip-mirip